Full width home advertisement

Translate

Mau Buku Perpustakaan Nasional

Sang Aspirator

Gerakan Sosial

Post Page Advertisement [Top]

La Ode Arman, Ketua Umum HMI Cabang Kendari Periode 2012-2013 Menjadi Korban Kriminalisasi Aparat Kepolisian
La Ode Arman, Ketua Umum HMI Cabang Kendari Periode 2012-2013 Menjadi Korban Kriminalisasi Aparat Kepolisian

HMINEWS.Com – Polisi menggeruduk sekretariat HMI MPO Cabang Kendari, menganiaya dan menahan sejumlah mahasiswa yang tengah rapat persiapan keberangkatan Kongres HMI MPO di Bogor. Sangat disayangkan tindakan polisi tersebut membabi-buta, bermotif balas dendam terhadap mahaiswa Universitas Haluoleo (Unhalu) yang sebelumnya terlibat bentrok dengan polisi.

Aparat dari kepolisian Resort Kendari tersebut datang jam 10 malam, 6 orang berpakiaan seragam. Menggedor pintu sekretariat dan menyeret Ketua HMI Cabang Kendari dan 2 orang lainnya ke luar, menginjak-injak dan memukuli hingga memar-memar.


Berikut kronologisnya penyerangan tersebut berdasar penuturan mantan Ketua Umum HMI MPO Cabang Kendari, La Asri, yang mengadvokasi penganiayaan tersebut.

“Awalnya Rabu (19/6/2013) ada aksi mahasiswa Fakultas Teknik Unhalu dan chaos berkepanjangan sampai sore, terjadi saling serang dengan polisi. Kedatangan polisi malam tadi untuk menyerang balik ke kampus. Karena kita punya sekretariat dekat kampus, kita jadi sasran amuk polisi,” kata La Asri kepada hminews, Kamis (20/6/2013).

Kader-kader HMI MPO Kendari yang berada di dalam sekretariat sebenarnya telah mengunci pintu, kata La Asri, tetapi kemudian polisi menyorotkan lampu mobil mereka ke sekretariat. Hal itu berlangsung hingga sekitar 30 menit, dan setelah itu..

“Kelihatan papan nama sekretariat, mereka teriak-teriak “HMI Ke Luar!”.  Mereka masuk menerobos, menendang-nendang pintu dan terus berteriak “buka, buka, buka!” lanjutnya.

Ketua HMI MPO Kendari, La Ode Arman membuka pintu dan polisi langsung menyeretnya ke luar, menginjak-injaknya dan memukulinya beramai-ramai. Dua kader HMI lainnya, Vino dan Abdul Syukur mengalami nasib yang sama. “Setelah itu mereka dibawa ke Polres.”

Upaya Pembebasan

Menyikapi penganiayaan dan penahanan tersebut, La Asri dan rekan-rekan lain, Kamis siang mendatangi Polda Sulawesi Tenggara. Di sana bertemu Kapolda Sultra dan Kapolres Kendari.

“Kita sampaikan aksi kemarin kita tidak ada keterlibatan dan aksi sebelumnya tidak ada chaos. Mereka menanggapi dan meminta maaf atas kesalahan yang mereka lakukan,” kata dia. Akhirnya setelah pemeriksaan, La Ode Arman dan rekannya dibebaskan sore harinya.

“Memang sudah dikeluarkan, tetapi kita menuntut polisi atas kasus penganiayaan yang mereka lakukan. Rekan-rekan kami menderita luka memar di badan, leher, muka dan kepala. Kemudian Kapolda mengatakan hal itu sedang didalami penyidik Polda dan Polres, jika ditemukan indikasi (pelanggaran) akan ditindaklanjuti,” paparnya.

Seorang Mahasiswa Unhalu Meninggal

Mulanya yang berunjukrasa hingga terjadi bentrok dengan aparat adalah mahasiswa Fakultas Teknik Unhalu. Kedua pihak saling serang, mahasiswa ada yang membawa panah, sedangkan polisi menggunakan peluru tajam. Sejumlah mahasiswa Fatek Unhalu hingga sekarang masih ada yang ditahan.

“Mahasiswa Fatek lain masih ditahan, bahkan ada yang meninggal kena peluru di leher.”

Mahasiswa tersebut meninggal di rumah sakit. Lainnya, belasan mahasiswa juga menderita luka-luka kena pentungan polisi dan tembakan peluru karet. Karena kematian tersebut, unjukrasa akhirnya meluas, tidak hanya mahasiswa Fatek, bahkan dari fakultas-fakultas lain turun ke jalan menentang polisi.

“Demo berlanjut sampai hari ini: semua mahasiswa Unhalu. Di area kampus, dari sore sampai malam dan subuh.”

Saat ini, kata La Asri, tengah diupayakan penyelesaian unjukrasa yang mengarah pada anarkisme tersebut, dengan ajakan berunding bersama pihak rektorat dan perwakilan gerakan-gerakan mahasiswa yang ada.

“Waktu audiensi di Polda tadi, mereka sedang rapat internal untuk penanganan untuk lebih cepat diselesaikan. Tapi baru unsur internal, belum ada perwakilan kampus, tapi didalamnya sudah memabhas upaya penyelesaian.” Tukas Pria Asal Buton ini.

Aksi mahasiswa tersebut dilakukan sebagai respon terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan penolakan terhadap rencana kedatangan Presiden SBY tanggal 29 Juni mendatang di Sulawesi Tenggara.


 Sumber : HMINEWS

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib